Jumat, 17 Juni 2011

ASUHAN KEPERAWATAN ISLAMI

Allah berfirman :
“Dan orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyeruruh  (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah yang munkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan RasulNya." (Q.S. At-Taubah : 71)
“…Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, dan bertawalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah maha berat siksa-Nya." (Q.S. Al-Maa-idah : 2) . 
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri." ( Q.S. Al-Israa : 7) 
“…dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu…” (Q.S. Al-Qashash : 77) 
“Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu…” (Q.S. Ali Imran :159) 
Barang siapa yang berkeinginan untuk diselamatkan oleh Allah dari bencana pada hari kiamat, maka bantulah orang yang dalam kesulitan/hindarkan kesulitannya (HR. Muslim). 
Tiada beriman seorang dari kamu sehingga dia menyukai bagi saudaranya apa yang dusukai untuk dirinya. (HR. Ahmad)
Ayat-ayat Quran dan hadist di atas mendasari dari pelaksanaan asuhan keperawatan Islami yang diberikan oleh seorang perawat muslim, ditambah dengan riwayat-riwayat  wanita-wanita di zaman Rasulullah dalam melakukan perawatan, maka itulah yang sebenarnya konsep “Caring” dalam keperawatan Islam, bukan hanya asuhan kemanusiaan dengan lemah lembut  berdasarkan standar dan etika profesi, tetapi caring yang didasari keimanan pada Allah dengan menjankan perintah-Nya melalui ayat-ayat Al quran dengan tujuan akhir mendapatkan ridho Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Asuhan Keperawatan Islami yang dikembangkan oleh kelompok kerja Keperawatan Islam adalah pada tataran nilai-nilai yang Insyaa Allah akan dapat menjadi acuan pelaksanaan/Implementasi asuhan keperawatan pada tatanan pelayanan kesehatan. Asuhan keperawatan Islami dapat dilihat sebagai suatu sistem  yang terdiri dari masukan, proses dan keluaran yang seluruhnya dapat digali dari nilai-nilai Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist.


Masukan (input)
Dalam asuhan keperawatan Islami, masukan adalah segala sumber-sumber yang mendukung terjadinya proses asuhan keperawatan Islami. 

  1. Al-Qur’an dan Hadist, sebagai keyakinan manusia yang beriman.  
  2. Manusia, dalam paradigma keperawatan di jelaskan sebagai hamba dan sebagai khalifah, sebagai pemimpin dan mengatur bumi, memakmurkan bumi, menyebarkan keadilan dan kemaslahatan. Klien sebagai mahluk yang berpotensi secara aktif. Manusia juga sebagai mahluk yang mempunyai fitrah apakah sebagai perawat ataupun klien, sebagaimana Allah berfirman : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.“(Q.S. Ar Ruum : 30).
  3. Lingkungan eksternal dan Internal serta lingkungan spiritual. Tatanan pelayanan kesehatan juga termasuk lingkungan yang harus disiapkan untuk pelaksanaan asuhan keperawatan Islami.  
  4. Profesi Keperawatan yang merupakan manifestasi dari ibadah dan media da’wah amar ma’ruf nahi munkar.



Proses Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Islami
a. Ihsan dalam beribadah
Bagi perawat muslim, pemahaman dan pengamalan terhadap rukun iman dan Islam belumlah cukup dikatagorikan dalam insan yang sempurna dalam pengamalan agamanya, jika belum menerapkan rukun iman dan Islam tersebut didasari oleh perbuatan yang ikhsan.
Jika rukun iman kita ibaratkan sebagai pondasi dan rukun Islam sebagai bangunannya, maka ikhsanul amal merupakan atapnya. Dalam sebuah bangunan yang utuh, atap berfungsi sebagai pelindung bangunan dari panas dan hujan yang menjaga agar bangunan tersebut tetap lestari, takl retak, dan berlumut karena panas dan hujan. Konsekuensi Ikhsan adalah bahwa perbuatan baik yang berkualitas akan melahirkan dampak berupa keuntungan-keuntungan kepada siapa saja yang melakukannya termasuk bagi perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dan bukan keuntungan yang bersifat segera tetapi ada landasan spiritual. Tuntunan ikhsan dalam Al-Qur’an sebagai berikut :
“Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentunya kami tidak akan menyia-nyiakan pahala bagi orang-orang yang beramal (bekerja) dengan ikhsan." [QS. Al Kahfi : 30]
“Dan jika kamu semua menginginkan (keridhoan) Allah dan Rasul-Nya serta kebahagiaan akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa saja diantara kamu yang berbuat ihsan pahala yang besar." [QS. Al Ahzab : 29]
“Tidak ada balasan bagi ihsan kecuali ihsan juga." [QS. Ar Rohman : 60]
Ketika Jibril menyamar sebagai manusia :
“Wahai Muhammad … terangkanlah terangkanlah kepadaku tentang ikhsan!” Jawab Rasul : “Mengabdilah kamu kepada Allah, seakan kamu melihat Dia, jika kamu tidak melihat Dia, Sesungguhnya Dia melihat kamu." (HR. Imam Muslim)
Dampak perbuatan ikhsan dalam asuhan keperawatan akan melahirkan : 

  1. Niat yang Ikhlas, bahwa segala sesuatu diniatkan hanyalah kepada Allah semata, sehingga dengan keikhlasan yang bersih hanya kepada Allah akan memberikan barier (benteng) bagi pekerjaan kita agar tetap konsisten dalam garis-garis yang ditetapkan agama dan profesi. 
  2. Pekerjaan yang rapih, senantiasa berorientasi kepada kualitas yang tinggi karena merasakan segala sesuatu berada dalam pengawasan Allah SWT. 
  3. Penyelesaian hasil yang baik, artinya setelah berbuat maksimal atas segala aktivitas, maka secara sunatullah melahirkan pekerjaan yang baik atau memiliki kualitas yang tinggi. Sehingga “ikhsan dalam melaksanakan asuhan keperawatan adalah menentukan mutu pelayanan."
Dalam garis besarnya, ikhsan ditetapan dalam hubungan dengan :

  1. Tuhan, sebagaimana dijelaskan pada ayat dan hadits diatas yang dapat diartikan suatu pengakuan atau manifestasi tentang kesyukuran manusia atas nikmat yang telah dilimpahkan Tuhan. 
  2. Sesama manusia, berbuat baik menurut islam mempunyai lingkup yang luas, tidak terbatas pada satu lingkungan, keturunan, ikatan keluarga, agama,suku, bangsa, sehingga ihsan itu sifatnya humanistis dan universal, ukurannya hanya satu sebagai ummat manusia. 
  3. Terhadap Mahluk lain selain manusia, termasuk pada hewan dan lingkungan harus disayangi oleh manusia.
b. Perlakuan / perilaku dalam asuhan keperawatan


Implementasi asuhan keperawatan selanjutnya adalah bagaimana penjabaran konsep “Caring” yang mendasari keperawatan Islam “Mummarid” yang telah diberikan contoh oleh Rasul dan sahabatnya adalah hubungan antar manusia ners-klien yang didasari keimanan dan ihsan, seorang perawat muslim dalam memberikan asuhan keperawatan Islami tentu harus berlandaskan pada keilmuannya, Islam mementingkan professionalisme berpengetahuan dan keterampilan seperti Allah jelaskan : 


“Amat besar kebencian disisi Allah, kamu memperkatakan sesuatu yang kamu tidak melakukannya." [QS. Ash-Shaff : 3]
“Maka bertanyalah kepada ahlinya bila kalian tidak mengetahuinya." [QS. An-Nahl : 43]
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang tidak kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya : pendengaran, penglihatan, akal budi semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya."  [QS. Al Israa : 36]
“…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang berilmu beberapa derajad….” [QS. Al-Mujadillah : 11]
“Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya." [HR Bukhari]
Disamping dalam pelaksanaan asuhan keperawatan Islam perawat harus bersikap Professional, juga harus berakhlaqul karimah, sesuai tuntunan Rasulullah.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu….” [QS. Al-Ahzab : 21]
“Yang sebaik-baik manusia adalah yang paling baik ahlaknya." [HR Thabrani]
Bebarapa contoh ahlak yang harus dimiliki seorang perawat muslim : tulus Ikhlas, ramah, dan bermuka manis, penyantun, tenang, hati-hati dan tidak tergopoh-gopoh, sabar dan tidak lekas marah, bersih lahir batin, cermat dan teliti, memegang teguh rahasia, memiliki disiplin dan etos kerja yang tinggi. Dengan modal hal diatas seorang perawat dapat mencapai tujuan dari asuhan keperawatan yang diberikannya.
Perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan tidak bisa bekerja sendiri tetapi memerlukan orang lain, apakah itu satu tim ataupun tim lain hal ini didasarkan pada konsep manusia dalam paradigma keperawatan islam ia adalah sebagai An-Nas (mahluk sosial) dan juga kerjasama dan kemitraan adalah perintah Allah (QS. Al-Maidah : 2), (QS Al Hujarat : 10).


c. Bimbingan/Tausiah
Manusia adalah mahluk mulia, dan dengan kemuliaannya harus berbuat yang mula pula. Salah satu perbuatan mulia adalah mengikuti tujuan mengapa manusia diciptakan, tidak lain adalah mengabdi dan menyembah kepada Allah [QS. Adz Dzariat : 56], kemuliaan lain adalah menegakkan agama Allah, perintah Allah dalam hal ini adalah seperti firmanNya:
“…Hendaklah ada segolongan diantara kamu yang menyuruh pada kebajikan dan mencegah yang munkar.” [QS. Ali Imran :104]
“Katakanlah, ini jalanku, aku dan pengikutku dengan sadar mendakwahkan kamu menuju Allah..” [QS. Yusuf :108]
“Sampaikanlah apa-apa yang datang dariku meskipun hanya satu ayat." (Hadist)
Banyak lagi ayat-ayat Quran yang menyeru kita untuk berda'wah, dalam konteks keperawatan Islam maka perawat selain melakukan pekerjaan professionalnya juga sebagai Da’i untuk dapat mengajak manusia (klien) dan lingkungannya menuju jalan Allah sehingga nilai spiritual yang terintegrasi dalam asuhan keperawatan akan dapat menyentuh fitrah manusia dan pada akhirnya mencapai tujuan hidup baik perawat ataupun klien.


Keluaran (Output)
Output yang daiharapkan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan Islami adalah kualitas asuhan, refleksi dari kualitas bagi semua (perawat dan Klien) adalah kepuasan.
Seorang muslim akan merasa puas bila asuhan yang diterimanya dapat menyentuh fitrah manusia. Fitrah manusia dalam Al quran :


Sebagai mahluk Mulia
“Sesungguhnya kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." [QS. At Tiin : 4]
“Dan sesungguhnya  Kami telah memuliakan anak-anak adam, Kami angkat mereka di daratan dan lautan. Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan mahluk yang telah Kami ciptakan." [QS Al Israa : 70]
Asuhan keperawatan harus dapat menempatkan klien pada fitrah kemuliaannya, tidak ada satu manusiapun yang mau diposisikan lebih rendah dari kemulian manusia, oleh karena itu nilai humanisme yang diterima klien sangatlah berarti bagi pencapaian kesehatan yang sempurna seperti dijelaskan sebelumnya.
Sebagai mahluk Pengabdi
“Tidaklah Kujadikan jin dan manusia melainkan untuk mengabdi kepada-Ku." [QS. Adz Dzariat : 56]
Sebagai hamba Allah maka manusia mempunyai hak untuk menyerahkan seluruh hidup dan matinya hanya untuk Allah, keluaran ini menjadi fokus dari asuhan keperawatan Islami sehingga klien dapat beribadah dengan baik untuk menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah.
Sebagai mahluk yang Hanif
Fitrah manusia selalu untuk hanif (selalu ingin dalam kebaikan, lurus) terkadang tidak disadari oleh manusia bahwa hal tersebut adalah fitrahnya, sejahat-jahatnya manusia pasti mempunyai hanif sehingga fitrah ini harus dapat disentuh dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, syukur bila perawat dapat menyadarkan akan pentingnya fitrah hanif dalam hidup ini. Ayat-ayat Allah tentang hanif dapat disimak pada [QS. Ar Ruum : 30], [QS. An ‘Aam :161], [QS. Al Baqarah :135], [QS. Ali Imran : 65], [QS. An Nisaa : 125], [QS. Yunus : 105].
Sebagai mahluk yang merdeka
Allah menciptakan manusia ke muka bumi ini untuk menjadi khalifah yang memimpin, mengatur dan menyebarkan keadilan bagi sekitarnya. Tidak hanya itu Allah juga memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih jalan hidupnya, dan menjadikan manusia itu bebas berbuat sesuai dengan keinginannya apakah itu kebaikan atau kejahatan, hanya Allah telah menggariskan imbalan dari setiap tindakan manusia dimuka bumi. Allah berfirman :
“Dan katakanlah : Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barang siapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin kafir biarlah ia kafir. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim di neraka.”  [QS. Al Kahfi : 29]
Ayat tersebut Allah menjelaskan bahwa kebebasan memilih dan memutuskan sesuatu tentang diri manusia adalah manusia itu sendiri sehingga fitrah manusia disini adalah mempunyai kemerdekaan. Aspek penting dalam keperawatan Islam untuk dapat menghargai potensi klien untuk mencapai kebaikan dari dirinya sendiri, tetapi perawat juga dapat mengajak atau memberikan bimbingan kepada klien apabila keputusannya itu adalah tidak sesuai dengan ajaran Islam maka kemerdekaan menjadi orang yang beriman adalah menjadi sasaran asuhan keperawatan Islami.
Mahluk dengan nilai Individual dan sekaligus mahluk dengan nilai-nilai komunal
Allah berfirman :
“Hai Manusia, bertaqwalah kepada Kami yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya dan daripada keduanya memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan mempergunakan nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan peliharalah hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu." [QS. An Nisaa : 1]
Dalam Ayat lain [QS. Al Baqarah : 213] dan ditegaskan lagi [QS. Yunus : 10] menunjukkan bahwa fitrah dalam diri manusia kadang-kadang selalu individual sehingga ada batas-batas yang tidak bisa diketahui orang lain, tidak membutuhkan orang lain, tetapi dilain waktu manusia sebagai mahluk sosial pasti tergantung pada orang lain dan lingkungan dan minta peltolongan. Asuhan keperawatan Islami harus dapat menyentuh fitrah ini pada saat yang tepat klien dalam situasi ingin sendiri (individual) dan saat membutuhkan orang lain dan lingkungan sesuai dengan tuntunan Alqur’an.
Refleksi dari kepuasan akan fitrah manusia itu sebagai klien akan dalam ikhtiarnya untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan yang hakiki adalah bila klien sembuh maka akan timbul rasa Syukur (tasyakur), bila ada ketidak sempurnaan dalam kondisinya klien akan merasa Ridho, dan apabila dalam upaya ikhtiarnya tidak mendapatkan kemajuan bahkan lebih buruk maka ia tidak akan merasa kecewa dan marah tetapi sabar dan Tawaqal kepada Allah berserah diri pada apapun keputusan Allah dengan tetap dalam iman.
Pada akhirnya outcome dari asuhan keperawatan Islam adalah untuk mencapai Ridho Allah “Mardhotillah” baik itu bagi klien maupun perawat sebagai sasaran akhir dari hidup manusia dimuka bumi ini.


Wallahu a'lam...

Senyum Perawat sebagai Pengamalan Pancasila untuk Penyembuhan Pasien

Senyum Tulus Perawat Merupakan Pengamalan Pancasila

1. Makna senyuman
Senyum merupakan sikap yang mudah, ceria, ringan dan sederhana untuk dilakukan. Senyuman mengandung samudera hikmah atau kemanfaatan yang luar biasa baik bagi pemberi maupun penerimanya.
Tanadi Santoso menyebutkan keluarbiasaan senyuman sebagai sebuah kekuatan universal yang menarik sekali. Disebutnya demikian, karena ia berpandangan bahwa senyuman akan menunjukkan hal yang positif. Senyum yang tulus dengan hati terbuka akan memancarkan sikap mental yang positif. Akan memancar kehangatan dari orang tersebut. Sebuah perasaan (feeling) yang mudah menular. Juga menunjukkan keterbukaan dengan orang lain. Terasa sebuah perasaan keyakinan (confident) akan hidup dan yang terasa lainnya, apapun yang dikatakan akan terasa lebih manis, enak didengar dan menyenangkan bagi orang lain.
Soejitno Irmim dan Abdul Rochim dalam bukunya “Penampilan Pribadi yang Simpatik”, menyatakan bahwa disamping senyum itu murah, tidak usah membeli dan persediannya luar biasa banyaknya, senyum ternyata memiliki daya ajaib seperti senyum dapat membangkitkan jiwa-jiwa yang lemah dan semangat yang terkoyak-koyak. Senyum dapat mengubah impian menjadi kenyataan.

Seorang perawat juga hendaknya memiliki senyuman yang tulus yang mampu memotivasi pasien-pasien yang ditanganinya. Selain itu senyuman merupakan modal utama bagi seorang perawat dalam bersosialisasi dengan lingkungan rumah sakit atau lingkungan kerja. Seyum seorang perawat terhadap pasiennya sangat penting karena senyum perawat membuat pasien nyaman dalam menjalani pengobatan.

Perhatian yang diberikan perawat merupakan salah satu factor yang menunjang dalam bisnis dibidang pelayanan kesehatan. Zig Zaglar mengatakan bahwa “bila kita cukup memberikan apa yang diinginkan oleh orang lain, maka kita akan mendapatkan apapun yang kita inginkan”. Memberikan apa yang diinginkan orang lain berarti menciptakan nilai tambah bagi orang tersebut, siapapun dan bagaimanapun rupanya, orang tersebut akan merasa sangat dihargai. Bentuk pemenuhan kebutuhan ini tidak saja dengan terapi medikamentosa, namun lebih dari itu adalah sikap yang ramah tamah, penuh kesabaran dan perasaan serta senyum polos yang tidak dibuat-buat.



2. Senyuman Perawat dalam Menangani Pasien sebagai Pengamalan Pancasila
Keperawatan merupakan suatu proses interpersonal yang terapeutik dan signifikan. Inti dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien adalah hubungan perawat-pasien yang bersifat profesional dengan penekanan pada bentuk interaksi aktif antara perawat dan pasien. Hubungan ini diharapkan dapat memfasilitasi partisipasi pasien dengan memotivasi keinginan pasien untuk bertanggung jawab terhadap kondisi kesehatannya.
Salah satu motivasi seorang perawat maupun mahasiswa keperawatan dalam menangani pasiennya, yaitu dapat mengambil dari pengamalan Pancasila. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Di dalam Pancasila terdapat butir-butir yang memuat seluruh pedoman dalam menjalani kehidupan sebagai manusia yang memiliki bangsa dan negara yang telah merdeka.
Setiap masyarakat Indonesia dituntut untuk dapat mengamalkan beberapa dari butir-butir pengamalan Pancasila tersebut. Salah satu profesi yang menuntut agar berpedoman pada Pancasila dalam menjalankan tugasnya yaitu seorang perawat maupun mahasiswa keperawatan. Perawat atau mahasiswa keperawatan dituntut dapat mengamalkan beberapa pengamalan Pancasila sebagai upaya dalam merawat pasien. Hal ini dikarenakan seorang perawat maupun mahasiswa keperawatan bekerja untuk sosial, berkecimpung di bidang kesehatan masyarakat, serta bersosialisasi dengan masyarakat. Perawat maupun mahasiswa keperawatan dituntut mampu mengayomi masyarakat yang sedang menjalani pengobatan (pasien).
Dalam butir pancasila sila kedua dalam pengamalannya disebutkan “mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia”. Ini berhubungan dalam bidang keperawatan. Karena dalam keperawatan seorang perawat harus memiliki sifat saling mencintai dalam penyembuhan pasien. Sifat saling mencintai dapat menumbuhkan jati diri seorang perawat dalam menjalankan tugasnya sebagai pelayan masyarakat. Dalam butir pancasila sila kelima ’’mengembangkan sikap adil terhadap sesama’’. Jadi seorang perawat harus dapat menerima keadaan setiap pasien yang ditanganinya baik itu dari golongan bawah maupun golongan atas.
Senyum Tulus Perawat untuk Penyembuhan Pasien
Keramahtamahan merupakan hal yang sangat utama dalam pelayanan kesehatan. Impian masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang ramah dari pelaku kesehatan sangat tinggi, Namur kondisi ini sangat bertentangan dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, dalam hal ini adalah pelayanan kesehatan di rumah sakit. Dalam kenyataannya, pelaku kesehatan telah menomorduakan pasien dan yang menjadi perhatian utama adalah bagaimana caranya untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dari pelayanannya.
Sebagaimana dijelaskan bahwa Quality Assurance (QA) adalah usaha untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. QA ini merupakan salah satu faktor penting dan fundamental bagi manajemen rumah sakit itu sendiri dan para stakeholder. Dampak dari QA menentukan hidup matinya sebuah rumah sakit. Bagi rumah sakit, adanya QA yang baik tentu saja membuat rumah sakit mampu untuk bersaing dan tetap exist di masyarakat. Mengacu pada konsep ini, apabila para perawat yang merupakan jumlah terbanyak dalam rumah sakit tersebut dalam pelayananannya menunjukkan sikap tidak profesional dengan “tidak tersenyum” saja maka sebenarnya rumah sakit tersebut sudah kalah bersaing dengan rumah sakit lainnya.
Bagi pelaku kesehatan, dengan adanya QA para pelaku kesehatan dituntut untuk semakin teliti, telaten, dan hati-hati dalam menjaga mutu pelayanannya. Ternyata senyuman saja pun membawa dampak yang sangat besar bagi sebuah rumah sakit. Selain Djajendera (2008), yang mengatakan bahwa senyum tulus Anda adalah mahakarya kebaikan, Purwodadi, S. H. (2008) juga mengungkapkan beberapa hal tentang senyum. Diantaranya adalah:
Senyum itu murah, tetapi menciptakan banyak hal yang baik
Senyum itu menguntungkan bagi yang menerima, tanpa merugikan yang memberi
Senyum itu terjadi sekejap dan kesannya kadangkala tidak akan pernah berakhir selamanya, artinya senyum yang hanya sekejap diperlihatkan itu mempunyai kesan yang mendalam seolah tidak akan bisa terlupakan.
Agar suatu rumah sakit terhindar dari sebutan rumah sakit yang tidak ramah, perlu adanya beberapa langkah konkrit untuk mencapai QA dalam hospitality in nursing services, seperti yang ditawarkan oleh Purwodadi, S.H (2008), yaitu: Mulailah dengan Senyum.
Senyuman yang dimaksud adalah senyuman yang murni dan tulus dari dalam lubuk hati, bukan senyum yang dibuat-buat.
Watson menekankan dalam sikap caring ini juga harus tercermin sepuluh faktor kuratif yaitu:
Pembentukan sistem nilai humanistic dan altruistik. Perawat menumbuhkan rasa puas karena mampu memberikan sesuatu kepada klien. Selain itu, perawat juga memperlihatkan kemapuan diri dengan memberikan pendidikan kesehatan pada klien.
Memberikan kepercayaan – harapan dengan cara memfasilitasi dan meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik. Di samping itu, perawat meningkatkan prilaku klien dalam mencari pertolngan kesehatan.
Menumbuhkan sensitifan terhadap diri dan orang lain. Perawat belajar menghargai kesensitifan dan perasaan kepada klien, sehingga ia sendiri dapat menjadi lebih sensitif, murni, dan bersikap wajar pada orang lain.
Mengembangan hubungan saling percaya. Perawat memberikan informasi dengan jujur, dan memperlihatkan sikap empati yaitu turut merasakan apa yang dialami klien.
Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif klien. Perawat memberikan waktunya dengan mendengarkan semua keluhan dan perasaan klien.
Penggunaan sistematis metoda penyalesaian masalah untuk pengambilan keputusan. Perawat menggunakan metoda proses keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan asuhan kepada klien.
Peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal, memberikan asuhan mandiri, menetapkan kebutuhan personal, dan memberikan kesempatan untuk pertumbuhan personal klien.
Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spritual yang mendukung. Perawat perlu mengenali pengaruhi lingkungan internal dan eksternal klien terhadap kesehatan kondisi penyakit klien.
Memberi bimbingan dalam memuaskan kebutuhan manisiawi. Perawat perlu mengenali kebutuhan komperhensif diri dan klien. Pemenuhan kebutuhan paling dasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat selanjutnya.
Mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat fenomologis agar pertumbuhan diri dan kematangan jiwa klien dapat dicapai. Kadang-kadang seseorang klien perlu dihadapkan pada pengalaman atau pemikiran yang bersifat profokatif. Tujuannya adalah agar dapat meningkatkan pemahaman lebih mendalam tentang diri sendiri.
Kesepuluh faktor karatif ini perlu selalu dilakukan oleh perawat agar semua aspek dalam diri klien dapat tertangani sehingga asuhan keperawatan profesional dan bermutu dapat diwujudkan. Selain itu, melalui penerapan faktor karatif ini perawat juga dapat belajar untuk lebih memahami diri sebelum mamahami orang lain.
TOKOH DUNIA KEPERAWATAN DALAM SEJARAH ISLAM 

Rufaidah binti Sa’ad Perawat muslim yang terlupakan…..

Setelah Rasulullah menyampaikan risallah Islam banyak tokoh2 islam di bidang ilmu pengetahuan lahir, pada saat itu islam memegang peranan penting di semua bidang ilmu pengetahuan seperti Filsafat, Astronomi, Matematika dan bahkan di bidang kesehatan, untuk bidang kesehatan mereka adalah : Ibnu Qoyyim Al-Jauzy, Ibnu Sina ( Avicenna ), Abu bakar Ibnu Zakariya Ar-Razi ( Ar-Razi ), Imam al Ghazali, Abu Raihan Muhammad Al-Biruni dan tak ketinggalan untuk dunia keperawatan seorang tokoh muslimah yang ikut membantu rasul untuk mengobati

kaum muslimin yang terluka yang bernama RUFAIDAH BINTI SA’ AD Al- Asalmiya, Ummu Attiyah, dan masih banyak lagi tokoh2 ilmu pengetahuan dan keperawatan lainnya baik di jaman rasul maupun sesudah kerasulan.

Banyak perawat2 muslim tidak mengenal Rufaidah binti Sa’ ad, mereka lebih mengenal tokoh keperawatan yang berasal dari dunia barat yaitu Florence Nighttingale seorang tokoh keperawatan yang berasal dari Inggris.Apabila kwn2 mo menelaah lebih jauh lagi ke belakang jauh sebelum agama Islam menyentuh dunia barat, dunia barat saat itu mengalami masa kegelapan dan kebodohan di karnakan kebijakan dari pihak gereja yang lebih banyak menguntungkan mereka, tapi disisi lain di belahan dunia lainnya yaitu Jazirah Arab dimana Islam telah di ajarkan oleh Rasulullah ilmu pengetahuan mengalami kemajuan terutama dlm duni keperawatan. Bukan berarti rasul menjadi seorang tabib tapi dalam ajaran Islam yang beliau sampaikan mengandung ajaran dan nilai2 kesehatan seperti: pentingnya menjaga kebersihan diri ( Personal Hygiene ), menjaga kebersihan makanan, mencuci tangan, ibadah puasa, berwudhu dan lain sebagainya.

Rufaidah binti Sa’ad memiliki nama lengkap Rufaidah binti Sa’ad Al Bani Aslam Al-Khazraj yang tinggal di Madinah, dia lahir di Yathrib dan termasuk kaum Ansar yaitu suatu golongan yang pertama kali menganut Islam di Madinah. Ayahnya seorang dokter dan dia mempelajari ilmu keperawatan saat membantu ayahnya. Dansaat kota Madinah berkembang Rufaidah mengabdikan dirinya merawat kaum muslimin yang sakit dan membangun tenda di luar Mesjid Nabawi saat dalam keadaan damai. Dan saat perang Badar, Uhud, Khandaq, dia menjadi sukarelawan dan merawat korban yang terluka akibat perang. Dia juga mendirikan Rumah Sakit lapangan sehingga terkenal saat perang dan Rasulullah SAW pun memerintahkan agar para korban yang terluka di bantu oleh dia.

Rufaidah juga melatih beberapa kelompok wanita untuk menjadi perawat dan dalam perang Khibar mereka meminta ijin kepada rasul untuk ikut di garis belakang pertempuran untuk merawat mereka yang terluka dan rasul pun mengijinkannya. Inilah dimulainya awal mula dunia medis dan dunia keperawatan.

Rufaidah juga memberikan perhatian terhadap aktifitas masyarakat, kepada anak yatim, penderita gangguan jiwa, beliau mempunyai kepribadian yang luhur danempati sehingga memberikan pelayanan keperawatan kepada pasiennya dengan baik dan teliti. Sentuhan sisi kemanusiaan ini penting bagi seorang perawat (nurse), sehingga sisi tekhnologi dan sisi kemanusiaan ( human touch ) jadi seimbang.

Itulah sejarah singkat tokoh keperawatan dalam sejarah Islam dan saya akan menjelaskan sejarah perkembangan dunia keperawatan dalam dunia Islam

1. Masa penyebaran Islam ( The Islamic Period ) 570 - 632 M. Pada masa ini keperawatan sejalan dengan perang kaum muslimin / jihad ( holy wars ), pada masa ini lah Rufaidah binti Sa’ ad memberikan kontribusinya kepada dunia keperawatan.
2. Masa setelah Nabi ( Post prophetic era ) 632 - 1000 M. Masa ini setelah nabi wafat, pada masa ini lebih di dominasi oleh kedokteran dan mulai muncul tokoh2 Islam dalam dunia kedokteran seperti Ibnu Sinna ( Avicenna ), Abu bakar ibnu Zakariya Ar-Razi ( Ar-Razi ), bahkan Ar-Razi sendiri menulis dua karangang tentang ” The Reason why some persons and common people leave a physician even if he is clever “
3. Masa pertengahan 1000 - 1500 M. Pada masa ini negara2 arab membangun RS dengan baik dan mengenalkan perawatan orang sakit, dan di RS tsb dimulai pemisahan antara kamar perawatan laki2 dan perempuan dan sampai sekarang banyak di ikuti semua RS di seluruh dunia.
4. Masa Modern ( 1500 - sekarang ). Pada masa inilah perawat2 asing dari dunia barat mulai berkembang dan mulai ada. Tapi pada masa ini seorang perawat bidan muslimah pada tahun 1960 yang bernama Lutfiyyah Al-Khateeb mendapatkan Diploma Keperawatan di Kairo.

Jadi, demikianlah sekelumit dunia keperawatan dalam Islam dan saya ingin mengajak para pembaca terutama para perawat bahwa ilmu pengetahuan sudah dimulai oleh islam terutama dunia kesehatan dan keperawatan sudah ada di jaman rasul.